Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Kamis, 11/01/2018
Perjuangan
Melawan Penjajahan Belanda dan Jepang
Perjuangan Melawan Penjajahan Belanda.
Bangsa Eropa mulai mencari barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti
buah-buahan, rempah-rempah, wol, porselin , dan lain-lain dari negara-negara di
luar Eropa. Indonesia, terkenal sebagai tempat penghasil rempah-rempah. Rempah-
rempah yang dihasilkan bangsa Indonesia digunakan sebagai bahan obat-obatan,
penyedap makanan, dan pengawet makanan. Maka, berlomba-lombalah Bangsa Eropa
untuk mendapatkan rempah-rempah dari Indonesia.
Pada 22 Januari 1596 Belanda pertama
kali mendarat di Banten di bawah pimpinan Cornelis de Hautman. Pada awalnya,
kedatangan Bangsa Belanda disambut baik oleh Sultan Banten. Kegiatan
perdagangan menjadi ramai. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Bangsa
Belanda berubah menjadi serakah dan kasar akhirnya diusir oleh Raja Banten.
Pada tahun 1598 Belanda datang kembali
dengan sikap yang lebih baik. Belanda dapat diterima kembali di Indonesia.
Banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya
persaingan dagang dan pertikaian di antara mereka. Akibatnya, harga
rempah-rempah tidak terkendali. Pada 20 Maret 1602 dibentuk Perkumpulan Dagang
Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Tujuan didirikannya
VOC adalah :
-
Menghilangkan
persaingan yang merugikan pedagang Belanda
-
Menyatukan
tenaga untuk menghadapi saingan dari bangsa portugis dan pedagang lain di
Indonesia
-
Mencari
keuntungan sebesar-besarnya untuk membiayai perang
Akan tetapi, lama-kelamaan VOC berusaha
menguasai perdagangan (monopoli). Untuk mewujudkan maksud itu Pemerintah
Belanda memberikan hak-hak istimewa kepada VOC, yaitu :
-
Membuat
perjanjian dengan raja setempat
-
Menyatakan
perang dan membuat perdamaian
-
Membuat
senjata dan mendirikan benteng
-
Mencetak
uang
-
Mengangkat
dan menghentikan pegawai
Di Maluku VOC melakukan Pelayaran Hongi
(patroli laut) untuk mengawasi rakyat Maluku agar tidak menjual rempah-rempah
mereka kepada pedagang lain. VOC berhasil merebut Maluku dari Portugis. Tahun
1605 Belanda merebut Benteng Portugis di Ambon. Pusat perdagangan Ambon, Banda,
dan Jayakarta direbut Belanda pada masa Gubernur Jenderal J.P. Coen. Ia
mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia.
VOC mampu berdiri dalam waktu yang
sangat lama. Pada Tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. VOC dibubarkan
karena sebab-sebab berikut ini.
-
Pejabat-pejabat
VOC melakukan korupsi dan hidup mewah.
-
VOC
menanggung biaya perang yang sangat besar.
-
Kalah
bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.
-
Para
pegawai VOC melakukan perdagangan gelap.
Pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan
VOC di Indonesia digantikan langsung oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Pada
tahun 1806, Napoleon Bonaparte berhasil menaklukkan Belanda. Napoleon mengubah
bentuk negara Belanda dari kerajaan menjadi republik. Napoleon ingin
memberantas penyelewengan dan korupsi serta mempertahankan Pulau Jawa dari
Inggris. Ia mengangkat Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di
Batavia. Untuk menahan serangan Inggris, Daendels (1808-1811) melakukan tiga
hal, yaitu:
(1) menambah jumlah prajurit, (2)
membangun pabrik senjata, kapal-kapal baru, dan pos-pos pertahanan, (3)
membangun jalan raya Jalan Raya Anyer-Panarukan yang panjangnya sekitar 1.000
km. Daendels memberlakukan kerja paksa tanpa upah untuk membangun jalan. Kerja
paksa ini dikenal dengan nama kerja rodi.
Pada tahun 1811, Daendels dipanggil ke
Belanda. Ia digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Saat itu pasukan
Inggris berhasil mengalahkan Belanda di daerah Tuntang, dekat Salatiga, Jawa
Tengah. Pada 18 September 1811 Janssens dipaksa menandatangani perjanjian
Tuntang yang berisi :
-
Seluruh
wilayah jajahan Belanda di Indonesia diserahkan kepada Inggris.
-
Adanya
sistem pajak/sewa tanah.
-
Sistem
kerja rodi dihapuskan.
-
Diberlakukan
sistem perbudakan
Inggris berkuasa di Indonesia selama
lima tahun (1811-1816). Pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles
menjadi Gubernur Jenderal di Indonesia. Pemerintah memberlakukan sistem sewa
tanah yang dikenal dengan nama landrente.Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan
wilayah Indonesia kepada Belanda. Pemerintah Belanda menunjuk Van Der Capellen
sebagai gubernur jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli perdagangan
yang telah dimulai oleh VOC dan tetap memberlakukan kerja paksa.
Pada tahun 1830, Van Der Capellen
diganti Van Den Bosch. Bosch memberlakukan tanam paksa atau cultuur stelsel
untuk mengisi kas pemerintah yang kosong. Van Den Bosch membuat aturan-aturan
untuk tanam paksa sebagai berikut:
-
Rakyat
wajib menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran
Eropa.
-
Tanah
yang dipakai untuk tanamam paksa bebas dari pajak.
-
Hasil
tanaman diserahkan kepada Belanda.
-
Pekerjaan
untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
-
Kerusakan-kerusakan
yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi tanggungan Belanda.
-
Rakyat
Indonesia yang bukan petani harus bekerja 66 hari tiap tahun bagi pemerintah
Hindia Belanda.
Ada orang Belanda yang peduli terhadap
nasib rakyat Indonesia. Dia adalah Douwes Dekker. Ia mengecam tanam paksa
melalui bukunya yang berjudul Max Havelaar, dengan nama samaran Multatuli. Max
Havelaar menceritakan penderitaan bangsa Indonesia sewaktu dilaksanakan tanam
paksa. Max Havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda. Timbul perdebatan hebat
tentang tanam paksa di negeri Belanda. Akhirnya, Parlemen Belanda memutuskan
untuk menghapus tanam paksa secepatnya.
Perlawanan Menantang Penjajahan Belanda
1.
Perlawanan Rakyat Mataram
Pada tahun 1628 dan 1629, Mataram
melancarkan serangan besar-besaran terhadap VOC di Batavia. Sultan Agung
mengirimkan ribuan prajurit untuk menggempur Batavia dari darat dan laut. Tahun
1628 perlawanan mengalami kegagalan karena kurangnya persediaan makanan, 1629
berhasil menghancurkan benteng Hollandia
2.
Perlawanan Rakyat Makasar
Di Sulawesi Selatan VOC mendapat
perlawanan dari rakyat Indonesia di bawah pimpinan Sultan Hassanuddin. Namun
Sultan Hassanudin dapat dikalahkan VOC dengan politik adu dombanya antara
Sultan Hassanudin dengan Aru Palaka Perlawanan terhadap VOC di Pasuruan Jawa
Timur dipimpin oleh Untung Suropati.
3.
Perlawanan Rakyat Banten
Sultan Ageng Tirtayasa mengobarkan
perlawanan di daerah Banten. Namun mengalami kegagalan karena VOC menerapkan
politik adu domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya
Sultan Haji. Sultan Haji yang dibantu VOC mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa
4.
Perlawanan Rakyat Maluku
Tahun 1816 VOC datang dan menguasai
Maluku. Dipimpin oleh Thomas Matulessi (Kapten Pattimura), rakyat Maluku
melakukan perlawanan pada tahun 1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok,
Philip Latumahina, Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanita
Christina Martha Tiahahu. Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura dihukum
gantung di depan Benteng Victoria di Ambon.
5.
Perang Padri (1821-1837)
Perang Padri bermula dari pertentangan
antara kaum adat dan kaum agama (kaumPadri). Kaum Padri ingin memurnikan
pelaksanaan agama Islam. Gerakan Padri itu ditentang oleh kaum adat. Kaum adat
minta bantuan kepada Belanda dengan imbalan sebagian wilayah Minangkabau.
Pasukan Padri dipimpin oleh Datuk Bandaro. Setelah beliau wafat diganti oleh
Tuanku Imam Bonjol. Pasukan Padri dengan taktik perang gerilya, berhasil
mengacaukan pasukan Belanda. Pada tahun 1825 terjadi gencatan senjata.
Belanda mengakui beberapa wilayah
sebagai daerah kaum Padri. Tahun 1830 kaum adat mulai banyak membantu kaum
Padri karena tidak menyukai kesewenangan Belanda. Tahun 1833 terjadi
pertempuran hebat di daerah Agam, Belanda mengepung pasukan Bonjol. Namun
pasukan Padri dapat bertahan sampai dengan tahun 1837. Pada tanggal 25 Oktober
1837, benteng Imam Bonjol dapat diterobos. Beliau tertangkap dan diasingkan di
Cianjur kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat
6.
Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Diponegoro berawal dari
kekecewaan Pangeran Diponegoro atas campur tangan Belanda terhadap istana dan
tanah tumpah darahnya. Kekecewaan itu memuncak ketika Patih Danureja atas
perintah Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati
makam leluhurnya. Dipimpin Pangeran Diponegoro, rakyat Tegalrejo menyatakan
perang melawan Belanda tanggal 20 Juli 1825. Diponegoro dibantu oleh Pangeran
Mangkubumi sebagai penasehat, Pangeran Ngabehi Jayakusuma sebagai panglima, dan
Sentot Ali Basyah Prawiradirja sebagai panglima perang. Kyai Mojo dari
Surakarta mengobarkan Perang Sabil.
Antara tahun 1825-1826 pasukan
Diponegoro mampu mendesak pasukan Belanda. Pada tahun 1827, Belanda
mendatangkan bantuan dari Sumatra dan Sulawesi. Jenderal De Kock menerapkan
taktik perang benteng stelsel. Taktik ini berhasil mempersempit ruang gerak
pasukan Diponegoro. Dalam perundingan yang diadakan tanggal 28 Maret 1830 di
Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda. Beliau diasingkan dan
meninggal di Makassar.
7.
Perang Banjarmasin
Penyebab perang Banjarmasin adalah
Belanda melakukan monopoli perdagangan dan mencampuri urusan kerajaan. Perang
Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari. Beliau didukung oleh Pangeran
Hidayatullah. Pada tahun 1862 Hidayatullah ditahan Belanda dan dibuang ke
Cianjur. Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan. Pangeran Antasari
berusaha mempertahankan wilayah Banjar dengan cara membakar stiap kapal Belanda
yang masuk wilayah Banjar. Tahun 1863 Belanda melancarkan serangan ke seluruh
wilayah Banjar hingga akhirnya Pangeran Antasari gugur.
8.
Perang Bali (1846-1868)
Penyebab Perang Bali adalah pihak
Belanda menolak hak Tawan Karang yang diterapkan Kerajaan Buleleng. Belanda
melakukan tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun 1846, 1848, dan 1849. Setelah
Buleleng dapat ditaklukkan, rakyat Bali mengadakan perang puputan, yaitu
berperang sampai titik darah terakhir. Di antaranya : (1) Perang Puputan Badung
(1906),(2) Perang Puputan Kusumba (1908), (3) Perang Puputan Klungkung (1908).
Salah satu pemimpin perlawanan rakyat Bali yang terkenal adalah Raja Buleleng
dibantu oleh Gusti Ketut Jelantik.
9.
Perang Rakyat tapanuli
Tahun 1873 Belanda memasuki wilayah
Tapanuli dengan alas an memadamkan aktivitas pejuang Padri dan Aceh. Tahun
1878, Belanda menyerang Tapanuli. Perang Tapanuli diawali dengan operasi
militer yang dilakukan oleh Jendral Van Daelen di pedalaman Aceh Tahun
1903-1904. Pada tahun 1904 Belanda kembali menyerangtanah Gayo. Pada saat itu
Belanda juga menyerang daerah Danau Toba. Pada tahun 1907, pasukan Belanda
menyerang kubu pertahanan pasukan Sisingamangaraja XII di Pakpak.
Sisingamangaraja gugur dalam penyerangan itu. Jenazahnya dimakamkan di
Tarutung, kemudian dipindahkan ke Balige.
10.
Perang Aceh
Tahun 1873 Belanda melakukan serangan ke
Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah pemimpin-pemimpin Aceh antara
lain Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Teuku Ibrahim, Teuku Umar, dan Cut Nyak
Dien. Tahun 1879 Belanda dapat menguasai Aceh. Belanda mengirim Dr. Snouck
Hurgronje untuk mempelajari sistem kemasyarakatan penduduk Aceh. Dari
penelitian yang dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan Aceh terletak
pada peran para ulama. Penemuannya dijadikan dasar untuk membuat siasat perang
yang baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat (Marchose) untuk mengejar dan
menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda berhasil mematahkan
serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di
Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan dan mengadakan perlawanan
juga dapat dilumpuhkan
Penjajahan Jepang
Dalam Perang Dunia II (1939-1945),
Jepang bergabung dengan Jerman dan Italia melawan Sekutu. Sekutu terdiri dari
Amerika, Inggris, Belanda, dan Perancis. Pada tanggal 8 Desember 1941 pasukan
Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour (Hawai).
Terjadilah Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Dalam waktu singkat,
pasukan Jepang menyerbu dan menduduki Filipina, Myanmar, Malaya, Singapura, dan
Indonesia.
Ada beberapa alasan Jepang menduduki
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
-
Indonesia
kaya akan bahan-bahan mentah, seperti minyak bumi dan batu bara.
-
Wilayah
Indonesia menghasilkan banyak produksi pertanian yang dibutuhkan tentara Jepang
dalam peperangan.
-
Indonesia
memiliki tenaga manusia dalam jumlah besar yang diperlukan untuk membantu
perang Jepang.
Pada Januari 1942 Jepang memasuki
wilayah Indonesia. Tanggal 1 Maret 1942 pasukan Jepang berhasil mendarat di
tiga tempat secara serempak di Pulau Jawa, yaitu di Teluk Banten, Eretan Wetan
(Pantura), dan Pasuruan (Jawa Timur). Tanggal 5 Maret 1942 pasukan Jepang sudah
berhasil menguasai Batavia. Tanggal 8 Maret 1942 Panglima Angkatan Perang
Hindia Belanda Letjen Ter Poorten atas nama Angkatan Perang Sekutu menyerah
tanpa syarat kepada Angkatan Perang Jepang yang dipimpin Letjen Hithoshi
Imamura.
Upacara serah terima ditandatangani di
Kalijati, Subang, Jawa Barat. Setelah menduduki Indonesia, Jepang berusaha
menarik simpati rakyat Indonesia. Ada tiga hal yang dilakukan Jepang, yaitu:
-
mengijinkan
mengibarkan bendera Merah Putih;
-
mengijinkan
rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya;
-
larangan
menggunakan bahasa Belanda dalam pergaulan sehari-hari.
-
Bahasa
pergaulan sehari-hari diganti dengan bahasa Indonesia.
Untuk memikat hati rakyat, Jepang
membuat propaganda tiga A. Propaganda yang dilancarkan Jepang itu berisi:
Jepang pemimpin Asia, Jepang pelindung Asia, Jepang cahaya Asia.
Penderitaan rakyat pada masa pendudukan
Jepang
Penderitaan rakyat Indonesia selama masa
penjajahan Jepang antara lain sebagai berikut:
Jepang merampas hasil pertanian rakyat,
seperti padi dan jagung untuk persediaan makanan pasukan Jepang.
Pemerintah Jepang sangat ketat melakukan
pengawasan terhadap pemberitaan. Media masa disegel.
Jepang juga memanfaatkan rakyat
Indonesia untuk diperas tenaganya bagi keperluan Jepang. Para pekerja paksa
pada zaman Jepang disebut romusha.
Selain romusha, banyak barisan dibentuk
untuk kepentingan Jepang, seperti:
(1) Seinendan (barisan pemuda),
(2) Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)
(3) Fujinkai (Barisan Wanita)
(4) Suishintai (Barisan Pelopor)
(5) Jibakutai (Barisan Berani Mati),
(6) Gakutotai (Barisan Pelajar),
(7) Peta (Pembela Tanah Air)
Banyak wanita Indonesia yang terpaksa
melayani nafsu bejat pasukan Jepang. Tanggal 16 April 1943 Jepang mendirikan
Pusat tenaga Rakyat (PUTERA) sebagai ganti Gerakan 3A yang dibubarkan pada
November 1942. Jepang mengangkat tokoh-tokoh bangsa Indonesia sebagai pimpinan
PUTERA, yaitu : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mas
Mansyur yang dikenal dengan sebutan 4 serangkai. Tanggal 3 Oktober 1943
dibentuklah tentara Pembela Tanah Air (PETA). Anggota Peta berasal dari
putra-putri Indonesian yang mendapat pelatihan militer dari Jepang. Tujuan
pembentukan Peta adalah mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan
sekutu. Tanggal April 1943 dibentuk Heiho yang dibentuk dari pemuuda-pemudi
Indonesia untuk membantu Jepang menghadapi serangan tentara Sekutu
Perlawanan
menentang Penjajahan Jepang
1.
Perlawanan rakyat Aceh di Cot Plieng tahun 1942
Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku
Abdul Jalil. Perlawanan rakyat Aceh juga terjadi di Mereudu pada tahun 1944.
2.Perlawanan
di Kaplongan, Jawa Barat
Jepang memaksa petani di Kaplongan untuk
menyerahkan sebagian hasil buminya. Petani marah. Terjadilah perlawanan
terhadap pasukan Jepang.
3.Perlawanan
di Lohbener, Jawa Barat
Petani di Lohbener menolak memberikan
hasil panen padi kepada Jepang. Terjadilah peperangan terhadap pasukan Jepang
yang dipimpin oleh H. Madriyas.
4.Perlawanan
di Pontianak, Kalimantan Barat
Penduduk dipaksa untuk membuat pelabuhan
dan lapangan terbang. Para pemimpin sepakat untuk menyerang Jepang. Perlawanan
terjadi pada tanggal 16 Oktober 1943. Mereka ditangkap dan dibunuh.
5.
Perlawanan Peta di Gumilir, Cilacap
Perlawanan Peta Gumilir, Cilacap terjadi
pada bulan Juni 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh Kusaeri, komandan regu Peta
di Cilacap. Kusaeri menyerah tetapi tidak dijatuhi hukuman. Sudirman berhasil
menolong dan membebaskannya.
6.Perlawanan
di Singaparna, Jawa Barat
Perlawanan Singaparna dipimpin oleh Kiai
Haji Zainal Mustafa. Beliau menolak seikeirei (membungkukkan badan kepada
Kai-sar Jepang Tenno Heika) dan menentang romusha. Beliau memandang hal itu
bertentangan dengan ajaran Islam.
7.
Perlawanan Peta di Blitar, Jawa Timur
Tentara Peta di Blitar memberontak di
bawah pimpinan Shodanco F.X. Supriyadi. Namun Jepang dapat mematahkan
perlawanan ini. Supriyadi dan teman-temanya ditangkap oleh tentara Jepang
0 comments:
Post a Comment